ACEH TENGAH | Buku Pang Kilet rampung ditulis dan akan diterbitkan. Alhamdulillah, buku yang berjudul “Sejarah dan Eksistensi Pang Kilet dalam Mempertahankan Benteng Kerajaan Linge” sudah selesai ditulis dan akan segera diterbitkan” ujar Azman, S.S., M.A., penulis buku “Sejarah dan Eksistensi Pang Kilet dalam Mempertahankan Benteng Kerajaan Linge,” Rabu (28/8/2024)
Penerbitan buku ini, menurut Azman, S.S., M.A., merupakan sebagai bagian dari upaya untuk memelihara dan melindungi khazanah kesejarahan Gayo, agar tetap terjaga dari generasi ke generasi sepanjang masa. “Alhamdulillah, sudah selesai diedit (Yusradi Usman al-Gayoni, Pendiri/Pengelola Perpustakaan Gayo, Ketua Pusat Kajian Kebudayaan Gayo, Direktur Mahara Publishing, Founder World Gayonese Community/Diaspora Gayo Dunia & Diaspora Indonesia-Inggris) dan akan diajukan ISBN-nya oleh penerbit,” sebutnya.
Diterangkan Azman, buku “Sejarah dan Eksistensi Pang Kilet dalam Mempertahankan Benteng Kerajaan Linge” yang diterbitkan Mahara Publishing ini terdiri dari beberapa bab.
“Pada Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang penulisan buku ini, yang berangkat dari satu kalimat pamungkas dari salah seorang orang tua dari ahli waris Pang Kilet “Puren, kase kin urusenmu,” tuturnya.
Pada Bab II, ungkapnya, akan menguraikan tentang konsep Pang, Pejuang Islam, dan Tasawuf. Bab III tentang Pang Kilet dan Konstruksi Sebutan ” Pang” pada Pang Kilet. Bab IV Jejak-jejak Pang Kilet.
Dijelaskan Pegiat Budaya dan Sejarah Gayo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI itu lebih lanjut, Bab V menguraikan hasil temuan arkeologis di kawasan Makam Pang Kilet, Bab VI tentang bukti-bukti ziarah ahli waris, dan Bab VII tentang arti penting sejarah Pang Kilet terhadap sejarah Gayo, dan Bab VIII ditutup dengan Kesimpulan.
Secara terpisah, ahli waris Pang Kilet, Lahat, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada penulis, editor, penerbit, dan semua pihak yang telah membantu penerbitan buku “Sejarah dan Eksistensi Pang Kilet dalam Mempertahankan Benteng Kerajaan Linge.” ”Sangat penting bagi kita selaku generasi penerus Gayo untuk senantiasa terus menguatkan identitas Gayo, menghargai apa yang sudah diwariskan Muyang Datu kepada kita. Tanpa perjuangan mereka, mungkin kita masih berada di era antah berantah,” tegas Lahat. (RED)